Menjadi serorang novelis mungkin menjadi harapan bagi setiap orang, dengan menerbitkan beberapa buku yang siap dinikmati oleh jutaan pembaca. Menulis bukan hanya berusaha menyediakan media bagi para pembaca tetapi lebih kepada proses komunikasi terhadap diri sendiri dan dengan alam sekitar.
Menjadi penulis
mungkin terdengar indah bagi kita semua. tetapi tidak ketika harus
menjalaninya. Ya... menjadi penulis sungguh tidak menyenangkan, bukan karena
harus menjadi pembaca atau kutu buku terlebih dahulu tetapi lebih kepada
pengingatan kembali dari beberapa kenangan termasuk yang begitu menyedihkan.
Terkadang kita harus lari dari keramaian dan memilih menyendiri. bahkan kita
harus menerima bahwa sahabat terbaik
hari ini hanyalah pena dan buku tulis yang
siap menemani disetiap aktivitas kita.
Terkadang harus
memutar otak disetiap kondisi bahkan memilih untuk tidak tidur disaat orang
lain sementara menikmati mimpinya. setiap kalimat menjadi begitu berharga
tatkala menjadi penunjang untuk kalimat berikutnya.
Pernah suatu
ketika ada teman yang bertanya, "mengapa harus menulis?
dan secara enteng
saya menjawab "dengan menulis kita akan menjadi abadi, mungkin suatu saat
nanti jasad kita akan terkubur dibawah tanah tetapi tidak untuk karya yang kita
titipkan bagi negerasi kita"
dengan menulis
maka hari-hari kita tak akan terlewatkan dengan sia-sia, melainkan menjadi
inspirasi bagi setiap pembaca.
Tetapi setahu saya
menjadi penulis hidupnya akan kesepian karena harus menyendiri dan hanya bergelut
dengan alat tulis ? tanyanya kembali.
Ya.. Memang
kesepian, namun apakan itu begitu buruk untuk dilekatkan dalam diri kita ? dia
hanya terdiam mendengar perkataanku.
boleh saja jiwa
ini menjadi sepi dibalik jendela keramaian tetapi cukuplah menjadi keanggaan
ketika suatu saat nanti setiap orang menjadi baik setelah membaca karya yang
kita ciptakan hari ini. Menjadi penulis memiliki banyak warna, tinggal
bagaimana kita mengolahnya menjadi suatu karya. Menjadi penulis berarti siap
menjadi sosok yang akan dikenang suatu saat nanti mungkin ketika kita tak ada
lagi didunia ini. Saya tak memilik banya harta yang akan ku wariskan, dan
tak memilik sebidang tanah untuk ku pindah tangankan kepada anak-anakku kelak.
olehnya itu saya menulis.
Tak masalah
ketika orang lain menertawan karya kita hari ini. cukuplah itu menjadi faktor
eksternal yang akan membuat kita tetap berkarya. karena terkadang setiap orang
hanya sibuk mengkritik setiap karya orang lain namun dibalik kesibukannya itu
justru dia tak mampu berkarya.
Tak jadi masalah
ketika kita sendirian dijalan ini, dibawah gelapnya malam, hanya kita yang
berjalan menyusuri jalan yang penuh duri, tapi yakinlah bahwa di ujung perjalan
kita, akan ada setitik cahaya, cukuplah setitik caya yang akan menerangan kegelapan
kita selama ini.
Setiap orang
berhak untuk berkarya, setiap orang berhak untuk bercerita agar suatu saat
nanti dapat dikenang sebagai tokoh yang pernah hidup di.dunia ini, karena orang
yang tak memiliki cerita sama halnya tak pernah hidup di dunia ini.
Olehnya Itu Saya Menulis
Penulis : Supriadi (2013)
0 komentar:
Posting Komentar